Kamis, 03 November 2016

tugas bahasa indonesia teks berita





Maganza Festival, Acara Perayaan HUT SMAN 2 Magelang ke-37


Magelang, Sabtu  (22/10/2016) SMA Negeri 2 Kota Magelang menyelenggarakan konser bertajuk Maganza Festival pada pukul 18.30 WIB hingga selesai di Tribakti Convention Hall Magelang. Dengan harga tiket 45 ribu untuk reguler, 85 ribu untuk VIP, dan 60 ribu untuk on the spot/bayar ditempat, dengan menampilan spesial performance dari Payung Teduh, dua band lokal yaitu Jupiter Shop dan Lapiez Legiet, dan Zonjach, pemain extreme drum style yang merupakan siswa SMAN 2 Magelang yang pernah menjadi finalis dari Asia's Got Talent.

Maganza Festival ini adalah salah satu rangkaian acara dari perayaan ulang tahun SMAN 2 Magelang yang ke-37 yang sebelumnya juga diadakan jalan santai dan lomba tumpeng; pertandingan Begarlist Volley Cup; dan Begarlist Futsal Cup. Tahun lalu, Smada pernah mengadakan konser serupa dengan mendatangkan bintang tamu Los Pakualamos, Fumador Clown, dan Candy Trip yang berlangsung di kampus SMA 2 sendiri.
Acara tersebut dibuka pukul 18.30 WIB dengan penampilan dari zonjach sang extreme drum style dan dilanjutkan dengan penampilan empat buah lagu dari Jupiter Shop, setelah itu dilanjutkan dengan penampilan lima buah lagu dari Lapiest Legiet dan diakhiri dengan penampilan spesial dari Payung Teduh yang membuat penonton larut dalam alunan iringan lagu. acara ini berakhir pada pukul 22.45 WIB. “Perayaan ulang tahun SMAN 2 Magelang ini berlangsung meriah dibandingkan tahun lalu, karena acara ini diselenggarakan untuk masyarakat umum.” ujar salah satu siswa SMAN 2 Magelang.
Acara Maganza festival ini berlangsung dengan lancar dan teratur.

Rabu, 02 November 2016

Tugas Bahasa Indonesia teks sejarah orang tua


Bapak Sapari, Si Tangan Ajaib

                  Bapak sapari adalah seorang guru olahraga di SDN Bengkal 2, Kabupaten Temanggung. Beliau memiliki seorang istri bernama Ibu Nur Laela dan memiliki empat anak bernama Dina, Arif, Nurul, dan Dani. Beliau selalu pergi bekerja pukul 06.00 WIB. Beliau adalah salah satu warga yang disegani di desanya karena ilmunya yang dapat menolong orang yang mengalami patah tulang, keseleo, terkilir, dan tulang retak. 
                  Sapari kecil lahir di Magelang pada tanggal 23 September 1960. Sapari kecil adalah anak kedua dari enam bersaudara. Beliau lahir dalam keluarga sederhana dari Bapak Cunong dan Ibu Wakinem. Beliau tinggal di Desa Sobokarang, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Ayahnya bekerja sebagai tentara sukarelawan di Magelang. Ibunya bekerja sebagai buruh tani di desanya.
                   Beliau mulai mengenyam pendidikannya di SDN Girirejo. Semenjak usia tujuh tahun , beliau membantu merawat bebek milik tetangganya dan upahnya digunakan untuk membantu perekonomian keluarga. Ketika beliau berusia sepuluh tahun, ayahnya meninggal dunia karena sakit keras. Beliau bersama kakak laki-lakinya, sepulang sekolah membantu ibunya mencangkul sawah. Beliau kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMPN Pancuranmas dan tinggal bersama tetangganya yang bernama Ibu Wiwik karena ibunya beralih profesi menjadi asisten rumah tangga di Yogyakarta. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di SGO karena banyak memiliki banyak piagam dan kerap meraih juara satu lomba lari. Beliau membiayai pendidikannya dengan cara bekerja sebagai kuli bangunan.
                    Setelah menyelesaikan pendidikannya, beliau bekerja sebagai guru olahraga sekolah dasar di desa terpencil di Kabupaten Temanggung. Pada tahun 1984 beliau dipindahkan ke SDN Badran 1, Kabupaten Temanggung. Beliau bekerja dengan menempuh jarak dari Magelang--Temanggung dengan mengendarai sepeda motor yang dikredit dan sepulang kerja beliau bekerja sebagai tukang ojek di Menowo.
                    Pada tanggal 12 Desember 1986, beliau menikah dengan Nur Laela seorang guru PAI di SDN Pabelan dan tinggal bersama mertuanya di Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Ibu Nur Laela lahir di Magelang pada tanggal 24 juli 1967. Pada tanggal 20 Januari 1990 lahirlah anak pertama mereka yang diberi nama Dinalisa Setiawati. Selang dua tahun lahirlah anak kedua pada tanggal 15 Desember 1992 yang diberi nama Arif Bahtiar. Kemudian pada tanggal 08 April 1999 lahirlah anak ketiga yang diberi nama Nurul Habibah bersamaan dengan beralih profesinya Bapak Sapari sebagai tukang ojek menjadi tukang pijat. Beliau memperoleh ilmu memijat dan menolong orang yang mengalami patah tulang, keseleo, terkilir, dan tulang retak dari pelatihan di Semarang. Pada akhir tahun 1999, Bapak Sapari mendirikan rumah di Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang,Kabupaten Magelang. Pada tanggal 09 juni 2010 lahirlah anak keempat yang diberi nama Kusumawardani. Pada akhir tahun 2010, Bapak Sapari dipindahtugaskan ke SDN Bengkal 2, Kabupaten Magelang.
                   Bapak Sapari adalah seorang guru olahraga sekaligus kepala rumah tangga yang sangat ulet, pekerja keras, dan pantang menyerah. Bapak Sapari adalah sang penolong dan penyelamat karena membantu orang-orang yang membutuhkan jasa dan tenaganya karena kapanpun pasiennya datang memerlukan pertolongan, beliau akan melayaninya dengan senang hati dan tidak mengharapkan imbalan karena beliau adalah si tangan ajaib